Mau Masuk Pesantren? Wajib Tahu 13 Istilah Populer di Kalangan Santri ini

Banyak istilah populer di kalangan santri, salah satunya sorogan dan kobong.

Dnews.id|JAKARTA – Pernahkan mendengar istilah kobong dan sorogan? Bagi orang awam istilah ini mungkin pernah didengar beberapa kali, tapi tak banyak orang yang tahu artinya.

Beda cerita kalau menyebut istilah tersebut di kalangan santri. Ya, kobong dan sorogan adalah dua dari banyaknya istilah dalam kehidupan para santri di pondok pesantren. Umumnya istilah populer di kalangan santri ini menggunakan Bahasa Jawa.

Bacaan Lainnya

Tertarik untuk mengetahui istilah-istilah populer di kalangan para santri? berikut istilah populer di kalangan santri berikut artinya.

1. Roan
Roan adalah kegiatan para santri dalam rangka memelihara lingkungan pesantren yang dilakukan secara periodik. Biasanya roan berupa kerja bakti pembangunan atau bersih-bersih lingkungan pesantren secara bersama-sama.

2. Takzir
Takzir biasa digunakan sebagai istilah hukuman bagi santri yang melanggar peraturan kedisiplinan di pesantren. Jenis takzir bermacam-macam sesuai kebijakan pengurus pondok.

Beberapa santri sedang membaca kitab di gothakan/kobong masing-masing.

3. Gothakan
Kamar tempat tinggal santri sering disebut gothakan. Dahulu kamar-kamar ini berupa bangunan sederhana berbahan kayu atau bambu. Istilah lain dari gothakan adalah kobong.

4. Khodim
Berasal dari Bahasa Arab yang berarti ‘Orang yang melayani’, khodim yaitu gelar bagi santri yang mengabdikan diri untuk melayani kebutuhan Kiai. Adapun aktivitas pelayanan disebut khidmah.

Tujuan menjadi khodim adalah kerelaan hati sang kiai dan berkah mengabdikan diri sehingga ilmu santri akan bermanfaat kelak di kemudian hari.

5. Santri kalong
Penyebutan santri kalong diperuntukan bagi para santri yang tidak bermukim (tidak menetap) di pondok pesantren. Tapi santri tersebut tetap mengikuti pengajian rutin di pesantren. Bagi santri yang menetap di pesantren disebut dengan Santri Mukim

6. Mayoran
Kegiatan makan bersama yang dilakukan para santri disebut dengan mayoran. Tapi bukan sekedar makan bersama biasa, mayoran diawali dengan masak massal porsi besar. Makanan kemudian ditata di atas nampan atau daun pisang.

Mayoran disantap menggunakan pulukan tangan dan secara lesehan. Di daerah lain menyebut mayoran dengan istilah berbeda, yaitu ‘tanak tomang’ atau ‘kembul bujana’.

7. Ngapsahi
Aktivitas khas para santri yang menuliskan lafadz setiap kata di dalam kitab berbahasa Arab disebut juga ngapsahi. Saat Kiai membacakan makna setiap lafadz, santri menuliskan diktean Kiai, tepat dibawah setiap kata yang dimaksud. Istilah santri yang satu ini juga sering disebut ‘ngganduli’ atau ‘njenggoti’.

8. Bandongan
Bandongan adalah istilah populer di kalangan santri dalam model pengajian klasik dan searah. Kiai menyampaikan materi pelajaran secara lisan, yakni dengan membacakan kitab tertentu. Sementara para santri duduk mengelilingi Kiai dan menyimak sambil menuliskan maknanya di kitab masing-masing.

Santri cilik sedang melakukan sorogan dengan gurunya. (hidayatuna)

9. Sorogan
Model pengajaran dialogis berupa setoran bacaan santri kepada gurunya dikenal dengan istilah sorogan. Santri menghadap guru secara bergilir membacakan kitab lengkap dengan maknanya. Setelah itu guru mengoreksi setoran santri.

10. Jiping
Singkatan dari ‘ngaji kuping’ yaitu aktivitas ngaji hanya dengan mendengar atau menyimak penyampaian Kiai tanpa menuliskannya ke catatan.

11. Nderes
Nderes merupakan rutinitas santri dalam rangka menjaga hapalan dengan cara mengulang-ulang hapalan secara lisan di waktu-waktu tertentu sambil melihat teks atau tidak. Istilah ini populer bagi santri penghapal Al-Quran.

12. Lalaran
Istilah populer di kalangan santri ini berarti aktivitas mengulang-ulang hapalan nadzom dengan dilagukan secara individu maupun komunal. Nadzom yaitu susunan bait-bait syair yang berisi materi pelajaran.

13. Marhabanan
Kegiatan rutin berupa pembacaan shalawat dan teks maulid Nabi Muhammad dalam syair-syair maupun prosa karya ulama terdahulu. Shalawat dan teks tersebut diantaranya berupa Diba’, Barzanji, Burdah, Simthud Duror, dan lain sebagainya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *